Mitos dan Fakta Pamali Orang Jawa
Apakah anda pernah mendengar kata “pamali” ? atau kalau anda orang Jawa mungkin kata “ora ilok”. Ya, pamali atau ora ilok merupakan salah satu tradisi (mitos) orang jaman dulu. Bentuknya berupa larangan yang apabila dilanggar akan mendapat semacam kutukan. Akan tetapi sampai sekarang masih ada orang tua yang menggunakan beberapa pamali untuk melarang anak-anaknya.
Yang menjadi pertanyaan adalah apabila kita melanggar pamali tersebut apakah benar sebuah kutukan yang menyertainya akan menimpa kita? Menurut saya tidak serta merta demikian. Beberapa saat yang lalu saya pernah bertanya kepada bapak saya tentang masalah pamali ini, dan ternyata jawabannya memuaskan saya, masuk akal bagi saya. Ternyata larangan beserta kutukannya itu mengandung sebuah nasehat yang sangat baik isinya. Berikut mitos-mitos yang terdapat pada daerah di jawa :
1. Mitos : Aja mangan neng ngarep lawang mundhak angel jodho. Jangan makan di depan pintu nanti susah mendapatkan jodoh.
Fakta : Jangan makan di depan pintu karena pintu itu tempat orang lewat, berlalu-lalang. Selain tidak sopan karena makan tidak pada tempatnya juga akan merepotkan diri sendiri dan orang lain. Ada resiko makanan tumpah juga karena tersenggol orang yang lewat.
2. Mitos : Aja tangi kawanen mundhak rejekine dithothol pitik. Jangan bangun kesiangan nanti rejekinya dipatuk ayam.
Fakta : Logikanya orang yang terlambat bangun tidur maka terlambat pula ia berangkat kerja untuk mencari rejeki. Akibatnya bisa kehilangan rejeki. Jadi rejekinya hilang memang karena terlambat masuk kerja, bukan ulah ayam yang nothol (mematuk) rejekinya orang yang bangun terlambat.
3. Mitos : Yen mangan kudu dientekke mundhak pitike padha mati. Kalau makan harus dihabiskan agar ayamnya tidak pada mati.
Fakta : Ini berhubungan dengan etika hidup, bahwa kita dilarang menyisakan-untuk dibuang-makanan. Orang tua bersusah payah mencarikan nafkah untuk anak-anaknya, maka jangan sekali-kali membuang dan menghambur-hamburkannya. Nah, masalah ayam mati itu hanya untuk menakut-nakuti anak-anak karena jaman dulu ayam masih merupakan peliharaan yang lumayan berharga, jadi memang benar-benar dijaga jangan sampai hilang atau mati sia-sia. Kalau jaman sekarang sudah tidak pas lagi karena sekarang sudah jarang orang memelihara ayam. Kalau tidak punya ayam lalu ayamnya siapa yang mati kalau kita tidak menghabiskan makanan?
4. Mitos : Yen nyapu sing resik mundhak bojone jebresen. Kalau menyapu yang bersih agar besok suaminya tidak brewokan (wajahnya dipenuhi rambut).
Fakta : Ini berhubungan dengan etos kerja. Kerja apapun itu harus dilakuakan dengan sungguh-sungguh. Kalau menyapu ya harus bersih, dimanapaun aturannya seperti itu. Lalu kenapa harus ada ancaman mendapat suami brewokan ? Jaman dulu orang brewokan diidentikkan dengan orang jahat, pelaku kriminal, jadi para gadis yang jaman dulu tugasnya hanya bersih-bersih rumah ditaku-takuti dengan pria brewokan itu. Hal ini juga sudah tidak pas diterapkan di masa sekarang. Pertama karena sekarang yang namanya orang jahat belum tentu brewokan ( koruptor gak brewokan juga nyikat duit rakyat), justru yang brewokan dianggap seksi. Kedua karena sekarang anak laki-laki juga sering menyapu atau membersihkan rumah, kalau tidak bersih masak iya istrinya besok brewokan?
5. Mitos : Aja nglungguhi bantal mundhak wudunen. Jangan duduk diatas bantal nanti bisa bisulan.
Fakta : Bantal itu merupakan tempat untuk kepala, maka tidaklah sopan jika digunakan untuk pantat (diduduki). Jadi ini berhubungan dengan nilai kesopanan. Tidak ada hubungannya dengan ilmu kesehatan apalagi sampai ilmu perbisulan.
6. Mitos : Yen wektu maghrib aja dolan mundhak digondhol wewe gombel. Waktu maghrib jangan bermain keluar rumah nanti diculik hantu Wewe Gombel.
Fakta : Maghrib itu adalah masuknya waktu malam, seharusnya digunakan untuk sholat dan mengaji (bagi Muslim), belajar, atau paling tidak istirahat setelah seharian beraktivitas. Jadi larangan ini berhubungan dengan kedisiplinan, bukan berhubungan dengan dunia persetanan. Adapun wewe gombel dalam masyarakat Jawa adalah sejenis hantu wanita yang bermuka rusak dan berambut panjang berantakan (mirip kuntilanak) dengan satu ciri khas yaitu : payudara yang menjuntai ke bawah sampai sebatas lutut.
Kesimpulannya, pamali itu hanya mitos-mitos yang dibuat oleh orang tua jaman dulu agar anak-anaknya menuruti nasehatnya. Tetapi dibalik semua mitos dan ancaman kutukan itu tersirat nasehat yang sangat baik, bermakna, dan berguna bagi kita dalam menjalani kehidupan.
Sumber : http://sosbud.kompasiana.com/2013/03/16/mitos-dan-fakta-pamali-orang-jawa-537479.html
0 komentar:
Posting Komentar